Selasa, 21 Juni 2011
pendidikan berbasis keihlasan
semoga saja siswa 2 jungpasir memiliki niat yg tulus dalam menuntut ilmu
Senin, 20 Juni 2011
Seribu satu misteri dibalik kisah Isro' Mi'roj Nabi Muhammad SAW.
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang dikaruniai akal dan fikiran. Akal dan fikiran adalah merupakan suatu modal yang paling berharga bagi manusia, karena karunia yang satu ini menjadikan manusia berbeda dengan makhluk Tuhan yang lainnya. Oleh karena itulah kemudian Allah Swt. mengkultuskan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Allah Swt. adalah suatu Dzat yang Sangat Teramat Maha, karena tiada sesuatupun menyerupai Dia. Dialah Allah yang tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Allah Swt. merupakan Dzat Esa, Ia tidak membutuhkan sesuatu untuk bergantung, dan tidak pula ia memerlukan makhluknya. Jika memang demikian, kenapa Tuhan menciptakan makhluk? mungkinkah dalam penciptaan tersebut Tuhan pernah merasakan kesepian dengan ke-Esaan-Nya?
“Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main” (Al-Anbiya : 16)
Berfikirlah!
Jika fikiranmu tidak pernah menemukan jawaban, janganlah sekali-kali kamu berburuk sangka kepada Allah, sesungguhnya kamu hanyalah sebutir pasir di lepas pantai, bahkan untuk menyatakan kamu sebutir pasir pun masih terlalu besar dibanding kekuasaan dan kerajaan Allah Swt.
Allah Swt. adalah Dzat maha pengatur, dengan kekuasaannya apa-apa yang berada di langit dan apa-apa yang berada di bumi tunduk terhadap hukum yang telah diciptakan-Nya, dan Allah tidak pernah melanggar hukum yang telah Ia ciptakan, meskipun tak akan ada yang menimpakan sanksi terhadap-Nya jika ia berkehendak melanggar hukum yang telah Ia ciptakan.
Saya merasa takjub pada kisah Nabi Besar Muhammad SAW. tatkala beliau diisro’kan dan dimi’rojkan oleh Allah SWT.
Ketika itu pada suatu malam, nabi dijemput oleh malaikat yang membawanya melintas di keheningan malam dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa dan setelah itu perjalanan dilanjutkan menembus Jagad Raya menuju Sidratul Muntaha; suatu tempat paling tinggi yang diciptakan Allah. Perjalanan tersebut hanya dilakukan pada satu malam saja.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (al-Isra : 1)
Hingga saat ini telah banyak tulisan hasil karya para ahli yang mengupas peristiwa Isro Mi’roj dari berbagai segi. Hal ini menunjukkan bahwa sungguh tak habis-habisnya misteri yang terkandung dalam peristiwa yang telah berlangsung lebih dari 1.400 tahun yang lalu tersebut, yang menandakan begitu banyak misteri hukum alam (hukum Allah) yang tersimpan di balik peristiwa Isro Mi’roj tersebut.
Jika sekilas saja kita membayangkan kisah tersebut, sepertinya sesuatu hal yang sangat mustahil dilakukan oleh makhluk Tuhan yang bernama manusia. Benarkan demikian? lalu makhluk seperti apa Nabi Muhammad tersebut sehingga bisa melaksanakan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan dilanjutkan menembus Sidratul Muntaha hanya dalam satu malam? Padalah Allah telah jelas-jelas menegaskan bahwa Nabi merupakan sosok dari jenis manusia.
“Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya” (Fushilat : 6)
Israa’ diartikan sebagai memperjalankan di malam hari, yaitu dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa. Pada masa itu, belum ada tunggangan atau kendaraan yang lebih cepat untuk manusia selain dari unta atau kuda atau keledai. Jika perjalanan dari masjidil Haram ke masjidil Aqsa ditempuh dengan menggunakan unta, maka akan memakan waktu lebih kurang 2 bulan. Wajar saja jika pada masa itu, ukuran untuk mempercayai nabi dapat menembus kedua jarak tersebut dalam seperempat malam hanyalah dengan keimanan kepada Allah Sang Pencipta dan Rasulnya. Dengan kadar keimanan yang tinggi, Sahabat Nabi pada waktu itu dapat mempercayai dan mengimani bahwa perjalanan Rasul tersebut benar adanya, terlepas memakai kendaraan jenis apa Rasul dapat menembus kedua jarak tersebut.
Sesuatu hal yang wajar jika kita mengatakan bahwa tidak ada yang tak mungkin bagi Tuhan, jika Ia telah berkehendak, “Kun faya kun”, jadilah maka jadi. Namun, jika kita tafakuri setiap kehendak Sang Pencipta, tentulah disertai dengan hukum penciptaan, sehingga saya sendiri mempunyai pemikiran bahwa setiap kehendak Sang Pencipta adalah “hukum alam”.
Allah adalah sesuatu Dzat yang teramat Maha, sesungguhnya Dia tidak memerlukan suatu perantara (makhluk) untuk mencapai tujuan yang diinginkan-Nya. Namun, apakah kita lupa, bahwa diturunkannya setiap wahyu melalui perantara (malaikat Jibril)? atau akankah kita melupakan kisah Isro Nabi memakai kendaraan bernama Buroq?, lantas kalau memang kisah Isro Mi’roj diartikan sebagai memperjalankan pada malam hari, kenapa Tuhan tidak menggunakan kuasa-Nya secara mutlak (tidak melalui perantara) dalam hal ini kendaraan (Buroq) dan pengawal (Malaikat)? Sesungguhnya apa yang ingin Tuhan pertunjukkan kepada kita?
“………………..agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. ……………..” (Q.S. Al-Isra : 1)
Maha Suci Allah, sesungguhnya Ia akan menepati semua janji-Nya.
Kini setelah 1.400 tahun yang lalu, disaat semua ilmu pengetahuan sedikit demi sedikit telah dibukakan oleh Allah untuk manusia, jarak antara Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa sudah tidak masalah jika harus ditempuh hanya dalam beberapa jam saja.
Sungguh suatu janji Allah yang telah diperlihatkan kepada umat manusia. Kalau kisah Isro dahulu hanya dianggap sebagai mimpi, maka renungkanlah Firman Allah di bawah ini:
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya ……………….” (Al-Fath : 27)
Setelah ditemukannya pesawat terbang, apakah sudah terbuka semua misteri peristiwa Isro Mi’roj? Saya rasa tidak, dalam peristiwa tersebut disebutkan bahwa Nabi Muhammad setelahnya sampai ke Masjidil Aqsa, beliau diperjalankan kembali menuju langit ke tujuh untuk menerima perintah sholat.
Allahuakbar!
Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir, karena padanya telah diturunkan mu’jizat yang akan menuntun umat manusia (yang beriman) sepanjang zaman, karena dalam mu’jizat (Al-Quran) telah dirangkum semua hukum Allah yang di dalamnya sudah tidak ada keraguan lagi.
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (Q.S. Al-Baqarah : 2)
Jauh sebelum terlahirnya Wilbur Wright, Allah telah mempertunjukkan kekuasaan-Nya menerbangkan manusia (Nabi Muhammad) dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Hal ini hendaknya dijadikan suatu pelajaran bagi kita dan suatu bukti keotentikan Alqur-an bahwa di dalamnya tidak akan ada hukum yang berbenturan dengan ilmu pengetahuan modern.
Dalam peristiwa Isro kala itu, Allah Swt. seolah-olah menantang manusia, dan ingin mempertunjukan ilmunya bahwa manusia dapat melintasi Masjidil Haram ke Masjidil Aqso hanya dalam beberapa waktu saja. Dan janji Allah terbuktikan, bahwa kisah yang dahulu dianggap mimpi sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa membantahnya.
Jika Allah Swt. telah membuktikan janjinya, dan telah memperlihatkan mimpi Nabi tersebut sebagai sebuah kenyataan dalam peristiwa Isro, lantas bagaimana dengan peristiwa Mi’roj? Akankan Allah Swt. membuktikan mimpinya Rasululloh sehingga kelak ada manusia yang dapat menembus jagad raya? Wallahu a’lam bisshowab.
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya ……………….” (Al-Fath : 27)
“………………..agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. ……………..” (Q.S. Al-Isra : 1)
Pada Surat Al-Fath ayat 27 Allah berjanji akan membuktikan kebenaran mimpi Rasululloh, namun pada Surat Al-Isra ayat 1 Allah pun menerangkan bahwa hanya akan diperlihatkan sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya.
Saya tertarik dari arti “sebagian” pada Surat Al-Isra ayat 1 di atas. Sebagian mempunyai arti yang sangat luas. Sebagian tidak bisa ditafsirkan dengan setengahnya, tidak pula dengan seperempatnya, dan tidak pula dengan sepertiganya. Atau ditafsirkan dengan angka-angka lainnya. Kata sebagian mempunyai makna tak terhingga.
Namun hingga tulisan ini dibuat, saya mempunyai keyakinan penuh bahwa “sebagian” yang ingin Allah tunjukan kepada manusia tentang alam semesta masih tersisa banyak, sehingga masih ada peluang dan waktu bagi manusia untuk dapat berfikir mentafakuri ciptaan yang Maha Kuasa.
Suatu kabar yang sangat menggembirakan bahwa telah ada manusia yang berhasil menjajakan kakinya di Bulan, bahkan suatu kabar gembira ketika di Mars dilaporkan ada tanda-tanda kehidupan. Bahkan baru-baru ini para ahli tengah melakukan riset nekad kemungkinan melakukan perjalanan mencari planet serupa bumi di jagad raya ini. Ini menunjukkan bahwa itu masih sebagian janji Allah yang telah difirmankan dalam Al-Quran.
Namun, kalau kita cukup bergembira suatu saat nanti keturunan kita akan berkembang biak hanya di Mars saja, rasanya jagad raya ini sangatlah sempit. Sebagian yang ditunjukkan oleh Allah masih sangat tersisa banyak.
Diterangkan bahwa Allah membuat tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. Jika kita maknai bahwa langit adalah sesuatu yang berada di atas kita, maka para ahli astronomi membagi beberapa nama dan tingkatan dalam mengelompokkan benda langit.
1. Tata Surya = Langit Pertama
2. Galaksi = Langit Kedua
3. Nebula = Langit Ketiga
4. Himpunan Nebula = Langit Keempat
5. Grup Nebula = Langit Kelima
6. Guci = Langit Keenam
7. Alam Semesta = Langit Ketujuh
Jika kita membuat perhitungan jarak antar kelompok dan grup benda langit tersebut adalah sebagai berikut:
Jarak dari Bumi ke Matahari = 150.000.000 km
Jarak Matahari ke Pluto = 5.900.000.000 km
Jarak Tata Surya kita ke pusat Bima Sakti = 50.000 tahun cahaya
Jarak Bima Sakti ke pusat Nebula = 50.000 X 100 milyar tahun cahaya
Jarak Nebula ke pusat Himpunan Nebula = 50x10p25 tahun cahaya
Jarak Himpunan Nebula ke pusat Grup Nebula = 50x 10p25 x 10p11 tahun cahaya
Jarak Grup Nebula ke pusat Guci = 50x 10p36 x 10p11 tahun cahaya
Jarak Guci ke pusat Alam Semesta = 50x 10p47 x 10p11 tahun cahaya
Sumber : Matematika Al-Quran 3 – Guci – Alam Semesta. Fahmi Basya
Bayangkan, jarak dari bumi ke mars hanyalah 0,0000000……………………. sekian saja dibandingkan dengan begitu teramat besarnya alam semesta ini.
Subhanallah!
Berfikirlah!
Jika fikiranmu tidak pernah menemukan jawaban, janganlah sekali-kali kamu berburuk sangka kepada Allah, sesungguhnya kamu hanyalah sebutir pasir di lepas pantai, bahkan untuk menyatakan kamu sebutir pasir pun masih terlalu besar dibanding kekuasaan dan kerajaan Allah.
Saat ini, manusia berkutat bahwa kecepatan yang tidak disamai oleh benda bergerak lainnya hanyalah cahaya.
Mungkinkah suatu saat ditemukan kendaraan untuk dijadikan wahana menjelajahi alam semesta yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya? Karena hanya dengan kecepatan tersebutlah jarak – jarak tersebut ditempuh lebih pendek? Wallahu a’lam bisshowab.
Jika Allah masih berkehendak mau bermurah hati menunjukkan sebagian kecil lagi tanda-tanda kekuasaannya, tidak ada yang tidak mungkin. Manusia adalah kholifah di muka bumi ini. Pada diri manusia terdapat sifat-sifat yang dimiliki oleh Sang Penciptanya.
Sifat wajib yang dimiliki oleh Allah nyatanya juga dimiliki oleh manusia. Oleh karenanya jika Allah bisa memperjalankan Nabi Besar Muhammad SAW di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso dilanjutkan dengan menembus jagad raya, dengan ijin Allah, ternyata manusia bisa membuat pesawat terbang, apolo, satelit dan masih banyak yang lainnya yang dapat menghantar manusia melintasi belahan bumi dan mengamati benda langit dengan begitu manusia dimungkinkan pula dapat menjawab sendiri misteri di balik kisah Mi’roj Nabi Besar Muhammad SAW.
Terlepas kendaraan apa yang dapat manusia ciptakan untuk melintasi sebagian jagad raya, wahana tersebut tentunya merupakan makhluk Allah yang telah diberkahi oleh-Nya.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (al-Isra : 1).
Kebenaran Mutlak milik Allah, keluputan adalah milik manusia. Penulis hanyalah manusia biasa yang tak lepas dari kekhilafan dan kesalahan.
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang dikaruniai akal dan fikiran. Akal dan fikiran adalah merupakan suatu modal yang paling berharga bagi manusia, karena karunia yang satu ini menjadikan manusia berbeda dengan makhluk Tuhan yang lainnya. Oleh karena itulah kemudian Allah Swt. mengkultuskan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Allah Swt. adalah suatu Dzat yang Sangat Teramat Maha, karena tiada sesuatupun menyerupai Dia. Dialah Allah yang tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Allah Swt. merupakan Dzat Esa, Ia tidak membutuhkan sesuatu untuk bergantung, dan tidak pula ia memerlukan makhluknya. Jika memang demikian, kenapa Tuhan menciptakan makhluk? mungkinkah dalam penciptaan tersebut Tuhan pernah merasakan kesepian dengan ke-Esaan-Nya?
“Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main” (Al-Anbiya : 16)
Berfikirlah!
Jika fikiranmu tidak pernah menemukan jawaban, janganlah sekali-kali kamu berburuk sangka kepada Allah, sesungguhnya kamu hanyalah sebutir pasir di lepas pantai, bahkan untuk menyatakan kamu sebutir pasir pun masih terlalu besar dibanding kekuasaan dan kerajaan Allah Swt.
Allah Swt. adalah Dzat maha pengatur, dengan kekuasaannya apa-apa yang berada di langit dan apa-apa yang berada di bumi tunduk terhadap hukum yang telah diciptakan-Nya, dan Allah tidak pernah melanggar hukum yang telah Ia ciptakan, meskipun tak akan ada yang menimpakan sanksi terhadap-Nya jika ia berkehendak melanggar hukum yang telah Ia ciptakan.
Saya merasa takjub pada kisah Nabi Besar Muhammad SAW. tatkala beliau diisro’kan dan dimi’rojkan oleh Allah SWT.
Ketika itu pada suatu malam, nabi dijemput oleh malaikat yang membawanya melintas di keheningan malam dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa dan setelah itu perjalanan dilanjutkan menembus Jagad Raya menuju Sidratul Muntaha; suatu tempat paling tinggi yang diciptakan Allah. Perjalanan tersebut hanya dilakukan pada satu malam saja.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (al-Isra : 1)
Hingga saat ini telah banyak tulisan hasil karya para ahli yang mengupas peristiwa Isro Mi’roj dari berbagai segi. Hal ini menunjukkan bahwa sungguh tak habis-habisnya misteri yang terkandung dalam peristiwa yang telah berlangsung lebih dari 1.400 tahun yang lalu tersebut, yang menandakan begitu banyak misteri hukum alam (hukum Allah) yang tersimpan di balik peristiwa Isro Mi’roj tersebut.
Jika sekilas saja kita membayangkan kisah tersebut, sepertinya sesuatu hal yang sangat mustahil dilakukan oleh makhluk Tuhan yang bernama manusia. Benarkan demikian? lalu makhluk seperti apa Nabi Muhammad tersebut sehingga bisa melaksanakan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan dilanjutkan menembus Sidratul Muntaha hanya dalam satu malam? Padalah Allah telah jelas-jelas menegaskan bahwa Nabi merupakan sosok dari jenis manusia.
“Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya” (Fushilat : 6)
Israa’ diartikan sebagai memperjalankan di malam hari, yaitu dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa. Pada masa itu, belum ada tunggangan atau kendaraan yang lebih cepat untuk manusia selain dari unta atau kuda atau keledai. Jika perjalanan dari masjidil Haram ke masjidil Aqsa ditempuh dengan menggunakan unta, maka akan memakan waktu lebih kurang 2 bulan. Wajar saja jika pada masa itu, ukuran untuk mempercayai nabi dapat menembus kedua jarak tersebut dalam seperempat malam hanyalah dengan keimanan kepada Allah Sang Pencipta dan Rasulnya. Dengan kadar keimanan yang tinggi, Sahabat Nabi pada waktu itu dapat mempercayai dan mengimani bahwa perjalanan Rasul tersebut benar adanya, terlepas memakai kendaraan jenis apa Rasul dapat menembus kedua jarak tersebut.
Sesuatu hal yang wajar jika kita mengatakan bahwa tidak ada yang tak mungkin bagi Tuhan, jika Ia telah berkehendak, “Kun faya kun”, jadilah maka jadi. Namun, jika kita tafakuri setiap kehendak Sang Pencipta, tentulah disertai dengan hukum penciptaan, sehingga saya sendiri mempunyai pemikiran bahwa setiap kehendak Sang Pencipta adalah “hukum alam”.
Allah adalah sesuatu Dzat yang teramat Maha, sesungguhnya Dia tidak memerlukan suatu perantara (makhluk) untuk mencapai tujuan yang diinginkan-Nya. Namun, apakah kita lupa, bahwa diturunkannya setiap wahyu melalui perantara (malaikat Jibril)? atau akankah kita melupakan kisah Isro Nabi memakai kendaraan bernama Buroq?, lantas kalau memang kisah Isro Mi’roj diartikan sebagai memperjalankan pada malam hari, kenapa Tuhan tidak menggunakan kuasa-Nya secara mutlak (tidak melalui perantara) dalam hal ini kendaraan (Buroq) dan pengawal (Malaikat)? Sesungguhnya apa yang ingin Tuhan pertunjukkan kepada kita?
“………………..agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. ……………..” (Q.S. Al-Isra : 1)
Maha Suci Allah, sesungguhnya Ia akan menepati semua janji-Nya.
Kini setelah 1.400 tahun yang lalu, disaat semua ilmu pengetahuan sedikit demi sedikit telah dibukakan oleh Allah untuk manusia, jarak antara Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa sudah tidak masalah jika harus ditempuh hanya dalam beberapa jam saja.
Sungguh suatu janji Allah yang telah diperlihatkan kepada umat manusia. Kalau kisah Isro dahulu hanya dianggap sebagai mimpi, maka renungkanlah Firman Allah di bawah ini:
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya ……………….” (Al-Fath : 27)
Setelah ditemukannya pesawat terbang, apakah sudah terbuka semua misteri peristiwa Isro Mi’roj? Saya rasa tidak, dalam peristiwa tersebut disebutkan bahwa Nabi Muhammad setelahnya sampai ke Masjidil Aqsa, beliau diperjalankan kembali menuju langit ke tujuh untuk menerima perintah sholat.
Allahuakbar!
Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir, karena padanya telah diturunkan mu’jizat yang akan menuntun umat manusia (yang beriman) sepanjang zaman, karena dalam mu’jizat (Al-Quran) telah dirangkum semua hukum Allah yang di dalamnya sudah tidak ada keraguan lagi.
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (Q.S. Al-Baqarah : 2)
Jauh sebelum terlahirnya Wilbur Wright, Allah telah mempertunjukkan kekuasaan-Nya menerbangkan manusia (Nabi Muhammad) dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Hal ini hendaknya dijadikan suatu pelajaran bagi kita dan suatu bukti keotentikan Alqur-an bahwa di dalamnya tidak akan ada hukum yang berbenturan dengan ilmu pengetahuan modern.
Dalam peristiwa Isro kala itu, Allah Swt. seolah-olah menantang manusia, dan ingin mempertunjukan ilmunya bahwa manusia dapat melintasi Masjidil Haram ke Masjidil Aqso hanya dalam beberapa waktu saja. Dan janji Allah terbuktikan, bahwa kisah yang dahulu dianggap mimpi sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa membantahnya.
Jika Allah Swt. telah membuktikan janjinya, dan telah memperlihatkan mimpi Nabi tersebut sebagai sebuah kenyataan dalam peristiwa Isro, lantas bagaimana dengan peristiwa Mi’roj? Akankan Allah Swt. membuktikan mimpinya Rasululloh sehingga kelak ada manusia yang dapat menembus jagad raya? Wallahu a’lam bisshowab.
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya ……………….” (Al-Fath : 27)
“………………..agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. ……………..” (Q.S. Al-Isra : 1)
Pada Surat Al-Fath ayat 27 Allah berjanji akan membuktikan kebenaran mimpi Rasululloh, namun pada Surat Al-Isra ayat 1 Allah pun menerangkan bahwa hanya akan diperlihatkan sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya.
Saya tertarik dari arti “sebagian” pada Surat Al-Isra ayat 1 di atas. Sebagian mempunyai arti yang sangat luas. Sebagian tidak bisa ditafsirkan dengan setengahnya, tidak pula dengan seperempatnya, dan tidak pula dengan sepertiganya. Atau ditafsirkan dengan angka-angka lainnya. Kata sebagian mempunyai makna tak terhingga.
Namun hingga tulisan ini dibuat, saya mempunyai keyakinan penuh bahwa “sebagian” yang ingin Allah tunjukan kepada manusia tentang alam semesta masih tersisa banyak, sehingga masih ada peluang dan waktu bagi manusia untuk dapat berfikir mentafakuri ciptaan yang Maha Kuasa.
Suatu kabar yang sangat menggembirakan bahwa telah ada manusia yang berhasil menjajakan kakinya di Bulan, bahkan suatu kabar gembira ketika di Mars dilaporkan ada tanda-tanda kehidupan. Bahkan baru-baru ini para ahli tengah melakukan riset nekad kemungkinan melakukan perjalanan mencari planet serupa bumi di jagad raya ini. Ini menunjukkan bahwa itu masih sebagian janji Allah yang telah difirmankan dalam Al-Quran.
Namun, kalau kita cukup bergembira suatu saat nanti keturunan kita akan berkembang biak hanya di Mars saja, rasanya jagad raya ini sangatlah sempit. Sebagian yang ditunjukkan oleh Allah masih sangat tersisa banyak.
Diterangkan bahwa Allah membuat tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. Jika kita maknai bahwa langit adalah sesuatu yang berada di atas kita, maka para ahli astronomi membagi beberapa nama dan tingkatan dalam mengelompokkan benda langit.
1. Tata Surya = Langit Pertama
2. Galaksi = Langit Kedua
3. Nebula = Langit Ketiga
4. Himpunan Nebula = Langit Keempat
5. Grup Nebula = Langit Kelima
6. Guci = Langit Keenam
7. Alam Semesta = Langit Ketujuh
Jika kita membuat perhitungan jarak antar kelompok dan grup benda langit tersebut adalah sebagai berikut:
Jarak dari Bumi ke Matahari = 150.000.000 km
Jarak Matahari ke Pluto = 5.900.000.000 km
Jarak Tata Surya kita ke pusat Bima Sakti = 50.000 tahun cahaya
Jarak Bima Sakti ke pusat Nebula = 50.000 X 100 milyar tahun cahaya
Jarak Nebula ke pusat Himpunan Nebula = 50x10p25 tahun cahaya
Jarak Himpunan Nebula ke pusat Grup Nebula = 50x 10p25 x 10p11 tahun cahaya
Jarak Grup Nebula ke pusat Guci = 50x 10p36 x 10p11 tahun cahaya
Jarak Guci ke pusat Alam Semesta = 50x 10p47 x 10p11 tahun cahaya
Sumber : Matematika Al-Quran 3 – Guci – Alam Semesta. Fahmi Basya
Bayangkan, jarak dari bumi ke mars hanyalah 0,0000000……………………. sekian saja dibandingkan dengan begitu teramat besarnya alam semesta ini.
Subhanallah!
Berfikirlah!
Jika fikiranmu tidak pernah menemukan jawaban, janganlah sekali-kali kamu berburuk sangka kepada Allah, sesungguhnya kamu hanyalah sebutir pasir di lepas pantai, bahkan untuk menyatakan kamu sebutir pasir pun masih terlalu besar dibanding kekuasaan dan kerajaan Allah.
Saat ini, manusia berkutat bahwa kecepatan yang tidak disamai oleh benda bergerak lainnya hanyalah cahaya.
Mungkinkah suatu saat ditemukan kendaraan untuk dijadikan wahana menjelajahi alam semesta yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya? Karena hanya dengan kecepatan tersebutlah jarak – jarak tersebut ditempuh lebih pendek? Wallahu a’lam bisshowab.
Jika Allah masih berkehendak mau bermurah hati menunjukkan sebagian kecil lagi tanda-tanda kekuasaannya, tidak ada yang tidak mungkin. Manusia adalah kholifah di muka bumi ini. Pada diri manusia terdapat sifat-sifat yang dimiliki oleh Sang Penciptanya.
Sifat wajib yang dimiliki oleh Allah nyatanya juga dimiliki oleh manusia. Oleh karenanya jika Allah bisa memperjalankan Nabi Besar Muhammad SAW di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso dilanjutkan dengan menembus jagad raya, dengan ijin Allah, ternyata manusia bisa membuat pesawat terbang, apolo, satelit dan masih banyak yang lainnya yang dapat menghantar manusia melintasi belahan bumi dan mengamati benda langit dengan begitu manusia dimungkinkan pula dapat menjawab sendiri misteri di balik kisah Mi’roj Nabi Besar Muhammad SAW.
Terlepas kendaraan apa yang dapat manusia ciptakan untuk melintasi sebagian jagad raya, wahana tersebut tentunya merupakan makhluk Allah yang telah diberkahi oleh-Nya.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (al-Isra : 1).
Kebenaran Mutlak milik Allah, keluputan adalah milik manusia. Penulis hanyalah manusia biasa yang tak lepas dari kekhilafan dan kesalahan.
Kamis, 27 Januari 2011
SEJARAH MAULID NABI MUHAMMAD, SAW

Perayaan maulid Nabi, pertama kali dirintis oleh Shalahuddin al-Ayyubi, sultan Mesir dari Bani Ayyub yang memerintah pada 570-590 Hijriah atau 1174-1193 Masehi dengan daerah kekuasaan yang membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Ketika itu dunia Islam tengah terlibat dalam perang salib berhadapan dengan bangsa Eropa, terutama bangsa Perancis, Jerman, dan Inggris. Pada 1099, pasukan gabungan eropa berhasil merebut Yerusalem dengan mengubah Masjid Al-Aqsha menjadi gereja. Ketika itu dunia Islam seperti kehilangan semangat jihad dan ukhuwah, sebab secara politis terpecah belah dalam beberapa kerajaan dan kesultanan meskipun khalifahnya satu, yaitu Khalifah Bani Abbas di Baghdad, Iraq.
Melihat suasana lesu itu, Shalahuddin berusaha untuk membangkitkan semangat jihad kaum muslimin dengan menggelar Maulid Nabi pada 12 Rabiul Awwal. Menurutnya, semangat jihad itu harus dibangkitkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Rasulullah SAW. Namun gagasan itu sebenarnya bukan usulan dia, tetapi usulan dari saudara iparnya, Muzaffaruddin Gekburi, yaitu seorang atabeg (bupati) di Irbil, Suriah Utara.
Awalnya, gagasan Shalahuddin ditentang para ulama, sebab sejak zaman Nabi perayaan maulid itu tidak ada. Apalagi, di dalam agama islam hari raya resmi cuma ada 2 yaitu, Hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Namun Shalahuddin menegaskan bahwa perayaan Maulid hanyalah semarak syiar Islam, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dikategorikan sebagai bid’ah. Kebetulan Khalifah An Nashir di Baghdad pun menyetujuinya.
Maka, di tengah musim haji pada 579 Hijriah atau 1183 Masehi, shalahuddin mengimbau seluruh jamaah hajji agar setiap tahun merayakan maulid Nabi di kampong halaman masing-masing. Salah satu kegiatan yang dalam maulid yang pertama kali digelar oleh Shalahuddin pada 580 H/1184 M adalah sayembara menulis riwayat Nabi yang diikuti oleh sejumlah ulama dan sasterawan.
Setelah diseleksi, pemenang pertamanya adalah Syaikh Ja’far Al-Barzanji- yang menulis riwayat Rasulullah SAW dan keluhuran akhlaknya dalam bentuk syair yang panjang, yaitu Maulid Barzanji.
Ternyata, peringatan Maulid Nabi yang digagas oleh Shalahuddin al-Ayyubi mampu menggelorakan semangat jihad kaum muslim dalam menghadapi serangan agresi Barat dalam Perang salib. Shalahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga Yerusalem berhasil direbut pada 583 H atau 1187 M.
Pada zaman sekarang, kebanyakan muslim di Negara-negara Islam merayakan Maulid Nabi, diantaranya: Mesir, Syria, Lebanon, Yordania, Palestina, Iraq, Kuwait, Uni Emirat Arab (tidak secra resmi karena mereka menyambut secara sembunyi-sembunyi di rumah masing-masing), Sudan, Yaman, Libya, Tunisia, Algeria, Maroko, Mauritania, Djibouti, Somalia, Turki, Pakistan, India, Sri Lanka, Iran, Afghanistan, Azerbaidjan, Uzbekistan, Turkistan, Bosnia, Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, dan kebanyakan Negara islam yang lain. Di kebanyakan Negara Arab, Maulidurrasul Saw merupakan hari cuti umum.
Oleh karena itu, sangatlah pantas bagi kita untuk selalu memperingati kelahiran beliau sebagai bentuk syukur dan terima kasih yang dalam kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang agung dengan lahirnya Rasulullah SAW.” مَنْ أَحَبَّنِى فَهُوَ مَعِى فِىْ الْجَنَّةِ ” (الحديت او كما قال).
Langganan:
Komentar (Atom)