PENGARUH
TAHFIDZUL QUR’AN TERHADAP KECERDASANSISWA MI TASWIQUS SHOGHIRIN ROBAYAN
KALINYAMATAN JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
PROPOSAL
Ditulis Sebagai Syarat Penelitian dan Penelitian Skripsi
Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :
MUSYAFAK AHMAD
NIM : 211450
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL
ULAMA (UNISNU)
JEPARA
2015
PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH TAHFIDZUL QUR’AN TERHADAP KECERDASAN
SISWA MI TASWIQUS SHOGHIRIN ROBAYAN KALINYAMATAN JEPARA TAHUN PELAJARAN
2014/2015
A.
Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan ayat-ayat Allah
yang berupa kalamullah yang diturunkan dengan bahasa arab, yaitu satu-satunya
bahasa yang terjaga dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang
menjaga Al-Qur’an. Allah berfirman :
إِنَّا
نَحْنُ
نَزَّلْنَا
الذِّكْرَ
وَإِنَّا
لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya
kami benar-benar menjaganya” (Q.S Al-Hijr:15:9)[1]
Ayat-ayat Al-Qur’an yang telah
dihafal oleh banyak orang dan telah dituliskan dalam mushaf dapat dikaji dan
dipahamisepanjang masa. Diantaranya, melalui bahasa yang tertulis dalam kitab
tersebut. Itu sebabnya, betapapentingnya teks atau redaksi dengan segala
ketentuannya.
Perlu diingat, kata, istilah,
kalimat, dan redaksi al-qur’an amat sangat banyak dan penting bobot
kualitasnya, baik dalam redaksi maupun dalam kandungannya. Ini tidak
hanyadiakuioleh para ulama dan pakar islam, tetapioleh para ilmuwan non muslim.
Hingga kini dan sampai kapan pun tidak ada manusia dan makhluk apa pun yang
akan sanggup menandinginya. Sebab Al-Qur’an merupakan kitab suci atau wahyu
Allah yang sempurna dalam segala seginya, ternasuk dalam diksi, terminologi,
dan redaksi. Al-Qur’an dapat dikaji secara ilmiah, karena tulisannya merupakan
salah satu dari keistimewaan Al-Qur’an sehingga cara membacanya pun memerlukan
kaidah dan aturan-aturan khusus yang terhimpun dalam satu disiplin ilmu yang
disebut dengan ilmu tajwid.
Seorang pembaca dituntut untuk
membaca huruf demi huruf dengan fasih sesuai dengan haknya. Bagaimana meng-ikhfak-kan suara, mendengungkan suara,
meng-idgham-kan huruf, menyeimbangkan
ahkam al-mad dan qashr-nya, melantunkan dan memerdukan suara serta
aturan-aturan lain yang harus ditaati oleh setiap pembacanya. Berbeda sekali,
ketika seseorang membaca buku, artikel, surat kabar atau teks-teks lain yang
sama berbahasa arab. Namun, si pembaca tidak dihadapkan dengan kaidah-kaidah
khusus. Maka, jelas bahwa Al-Qur’an benar-benar kalamullah.
Adanya aturan-aturan tersebut, tidak
akan adakesulitan sedikit pun bagi siapa saja yang hendak mempelajari atau
menghafalnya. Dan ini merupakan jaminan langsung dari Allah, sebagaimana yang
termaktub dalam firmannya :
وَلَقَدْ
يَسَّرْنَا
الْقُرْآنَ
لِلذِّكْرِ
فَهَلْ مِن
مُّدَّكِرٍ
“Dan
sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang
yang mengambil pelajaran?”(Q.S al-Qamar:45:17)[2]
Jaminan Allah tersebut dibuktikan
dengan adanya huffadz (para penghafal
Al-Qur’an) ditengah kita. Diantaranya ada yang hafal Al-Qur’an secara
keseluruhan,setengahnya, atau yang hafal hanya beberapa juz dari Al-Qur’an. Hal
ini merupakan keistimewaan yang sangat besar dan patut kita syukuri. Kehadiran
para huffadz sangat banyak memberikan
kontribusi dalam dunia pendidikan. Mereka bukan hanya hafal Al-Qur’an, tetapi
juga mereka memiliki daya nalar yang sangat baik. Sebagai salah satu contoh
penulis mencoba menguraikan sedikit tentang riwayat hidup seorang imam yang tak
sing lagi di dunia sejarah, yaitu Imam Syafi’i rahimahullah.
Di kota Gaza Palestina, lahirlah
seorang ulama fiqih yang bernama Abu Abdullah Muhammad bin Idris Asy- Syafi’i
yang lebih mashur dengan sebutan Imam Syafi’i. Beliau telah kehilangan sosok
ayah semenjak beliau masih bayi, lalu pada usia dua tahun, ibunya mengajak
beliau tinggal di Madinah bersama keluarganya yang masih ada.ImamSyafi’i telah
hafal Al-Qur’an pada usia sembilan tahun. Dan pada usia baligh yaitu pada usia
lima belas tahun, Imam Syafi’i telah diangkat menjadi seorang mufti di kota
Mekah. Bagi orang dimasa itu, jabatan merupakan sesuatuyang prestise, karena dicapai oleh seseorang
yang baru menginjak usia sebagai seorang pemuda,sehingga banyak membuat banyak
orang yang kagum padanya.
Pada usia dua puluhan, Imam Syafi’i
pergi untuk belajar kepada Imam Malik. Imam Syafi’i pun disambutnya dengan suka
cita. Mereka sering sekali berdialog dalam membicarakan suatu masalah yang
berkaitan dengan penyelesaian secara syar’i.Ketika Imam Malik kembali ke
pangkuan Allah, Imam Syafi’i pun segera meninggalkan Madinah menuju ke Yaman.
Di sana, beliau mengajar dan bertemu jodohnya,Siti Hamidan binti Nafi’ yang
memberinya tiga orang anak, yaitu Abdullah, Fatimah, dan Zainab. Dan beliau
menghabiskan sisa umurnya di kota Mekah dan di sana beliau menjadi guru besar. [3]
Dari uraian riwayat hidup Imam
Syafi’i ai atas dapt ditarik kesimpulan bahwa setelah Imam Syafi’i hafal Al-Qur’an
di usia sembilan tahun, beliau dengan cepat meraih berbagai prestasi di bidang
keilmuan terutama di bidang fiqh dan ushul dengan karyanya yang terkenal Musnad al-Um dan Ar-risalah fi ushulil fiqh.
Kegiatan menghafal Al-Qur’an atau yang lebih dikenal dengan
Tahfidzul Qur’an itu sangat mempengaruhi kecerdasan akal dalam berpikir. Dalam
hal ini, penulis mengutip perkataan Al-Buraikan “Syari’at islam memberikan nilai dan urgent yang amat tinggi terhadap
akal manusia”.[4]
Abu Azmi Azizah menguraikan dalam bukunya Berfikir Cerdas Berbasis Al-Qur’an
sebagai berikut :
1.
Allah
menyampaikan kalamnya hanya kepada orang-orang yang berakal, karena hanya
merekalah yang bisa memahmi agama dan syari’at-Nya. Allah berfirman :
................وَذِكْرَىلِأُوْلِيالْأَلْبَابِ
“................ dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
pikiran.”(Q.S. Shad 38:43)[5]
2.
Al-Qur’an
banyak menggunakan pelajaran penalaran logika rasional yang menggelitik untuk
menyentuh akal sehat.
3.
Islam
banyak menggunakan perumpamaan (tamstil)
dengan benda fisik (material) untuk memahami/memahamkan non fisik (imaterial).
4.
Allah
memerintahkan untuk mengambil pelajaran, ‘ibrah
atau i’tibar dari berbagai
peristiwa dan kisah-kisah dalam sejarah dengan penalaran analog.
5.
Allah
menggunakan bekas (atsar) sebagai
tanda adanya yang memberinya bekas, berlakunya hukum sebab akibat (kausalitas). Ini merupakan tuntunan
proses berpikir untuk menghubungkan antara keduanya.
6.
Al-Qur’an
mengungkapkan perbandingan yang dengannya akal akan dengan mudah memahami
sesuatu tentnag hakikat dan cirinya masing-masing.
7.
Al-Qur’an
mengungkapkan fenomena alam yang membutuhkan pemikiran (kerja akal), pengamatan
dan penelitian ekstra keras dan membutuhkan waktu yang sangat lama yang dapat
membantu untuk memajukan akal. [6]
Dengan adanya Al-Qur’an yang kita
pelajari dan kita hafal itu sangat membantu anak didik dalam melatih dan
mengembangkan pemikiran serta daya nalarnya, sehingga dapat menggunakan akal
secar optimal.
Penulis sangat bersemangat
membicarakan Al-Qur’an dari segi tahfidznya. Karena penulis melihat dari
kegiatan ini banyak melahirkan cendekiawan-cendekiawan muslim intelektual.
Kegiatan tahfidz ini banyak dijumpai di pondok pesantren yang ada di nusantara,
bahkan ada sebagian pondok pesantren yang mengkhususkan program tersebut
sehingga dikenal dengan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an. Dari pondok
pesantren inilah lahir huffadz
intelektual. Di sanalah para santri dibina secara khusus dan profesional
oleh para asatidz dari mulaimembaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar hingga hafal dan paham secara keseluruhan.
Selain pondok pesantren, program
tahfidzul qur’an juga banyak ditemukan di sekolah-sekolah Islam, dari mulai
tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Bahkan sebagian dari lembaga-lembaga
tersebut menjadikan Huffadzul Qur’an sebagai syarat mutlak masuk atau
penerimaan buku raport dan tanda tamat belajar.
Madrasah Ibtidaiyah adalah suatu
lembaga pendidikan yang membekali siswanya dengan pendidikan agama dan umum
secara seimbang. Mereka juga dibina untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar sesuai tajwid serta menghafalnya. Salah satu alasan yang populer adalah
bahwa lulusann MI diharapkan anak didiknya terbiasa berinterkasi dengan Al-Qur’an
sejak dini, hidup dengan ruh qur’aniyah, bertutur kata dengan lembut,
berperasaan halus, dan bermuamalah terhadap sesama .
Banyak dijumpai huffadz, baik yang 30
juz atau di bawahnya itu hanya sekedar hafal Al-Qur’an. Mereka tidak
memanfaatkan kebiasaan menghafal Al-Qur’an itu untuk memahami atau mendalami
pengetahuan yang lain. Tamstil-tamstil atau analog yang ada di dalam Al-Qur’an
tidak dimanfaatkan untuk melatih akal dalam berfikir. Kisah-kisah sejarah yang
ditulis dengan penalaran analog belum bisa membantu akalnya mengambil pelajaran
di sana untuk memahami sesuatu yang baru atau kejadian-kejadian yang ada di
sekitarnya dan masih banyak keistimewaan lain dari Al-Qur’an yang dapat
membantu melatih akal dalam berfikir yang belum bisa dimanfaatkan oleh para
penghafal Al-Qur’an. Akhirnya mereka tertinggal dalam bidang pengetahuan dan
teknologi. Sebagian anak didik yang rajin menghafal Al-Qur’an dalam memahami
pelajaran masih belum bisa mengimplementasikan tahfidzul qur’an sebagai sarana
untuk memahami pelajaran yang lain yang ada malah mereka tertinggal dengan teman-temannya
yang tidak menghafal Al-Qur’an baik bidang pelajaran agama pun umum. Ironinya,
ketertinggalan tersebut dijadikan alasan karena menghafal Al-Qur’an,sehingga
sebagian waktu belajar mereka tersita untuk menghafal Al-Qur’an.
MI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara
merupakan lembaga pendidikan dasar di bawah naungan Departemen Agama dengan
mengikuti struktur kurikulum yang ditetapkan pemerintah, termasuk di dalamnya
mata pelajaran Pendidikan yang meliputi Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih
dan Sejarah Kebudayaan Islam, di mana di dalamnya terdapat banyak materi
tentang ayat-ayat Al-Qur’an, terutama ayat-ayat pendek. Oleh karena itu metode
menghafal ayat-ayat tersebut sangat penting dan dapat mempengaruhi tingkat
kecerdasan siswa. Karena peneliti merupakan bagian dari lembaga pendidikan
tersebut.
Betapa pentingnya Al-Qur’an
mempengaruhi kecerdasan siswa sehingga dapat diidentifikasi permasalahannya
dalam penelitian sebagai berikut :
1.
Pengaruh
Tahfidzul Qur’an terhadap kecerdasan siswa di MI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara
2.
Pengaruh
signifikan Tahfidzul Qur’an terhadap kecerdasan siswaMI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara
3.
Adanya
faktor-faktor yang menunjang siswa MI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jeparadalam
kegiatan Tahfidzul Qur’an
4.
Adanya
faktor-faktor yang menghambat siswa MITaswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan
Jeparadalam kegiatan Tahfidzul Qur’an
Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan penelitian dan membahas sekripsi
yang berjudul; “PENGARUH TAHFIDZUL QUR’AN TERHADAP KECERDASAN SISWA MI
TASWIQUS SHOGHIRIN ROBAYAN KALINYAMATAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015”.
B.
Penegasan Istilah
Untuk memperjelas di dalam memahami
maksud dari judul yang peneliti ambil, maka diuraikan beberapa istilah berikut
ini :
1.
Pengaruh
Pengaruh
adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda dan lain
sebagainya), yang berkuasa atau berketentuan.[7]
2.
Tahfidzul
Qur’an
Tahfidzul
Qur’an adalah menghafal Al-Qur’an secara sempurna, dengan menghafal secara
sedikit demi sedikit dan menjaganya dari kelalaian.
3.
Kecerdasan
Cerdas,
arif, berbudi pekerti yang baik, berpendidikan,berpengetahuan, bestari,
bijaksana,brilian, budiman, cekatan, cemerlang, cendekia, cerdas, cerdik,
cergas,encer, genial, genius, gesit, giat, intelek,inteligen, lantip, pandai,
pintar, ringan, kepala, tajam, tangkas, tangkas,terang akal;[8]
4.
Siswa
Siswadi sini adalah individu yang menjadi peserta didik di MI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara
5.
Madrasah
Ibtidaiyah Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jeparaadalah lembaga pendidikan yang menjadi
tempat penelitian.
C.
Perumusan Masalah
Guru Madrasah Ibtidaiyah Taswiqus
Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jeparadalam metode pembelajaran banyak
menggunakan metode hafalan al-Qur’an, terutama mata pelajaran PAI Al-Qur’an
Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih dan SKI menyuruh siswa untuk menghafal Al-Qur’an.
mereka menghafal lebih banyak dari teman-temannya mampu meraih prestasi yang
lebih baik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana
tingkat tahfidzul qur’an terutama dalam mata pelajaran PAI Al-Qur’an Hadits di Madrasah
Ibtidaiyah Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015?
2.
Bagaimanakah
tingkat kecerdasan siswa Madrasah Ibtidaiyah Taswiqus Shoghirin Robayan
Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?
3.
Seberapa
besarkah pengaruh Tahfidzul Qur’an terhadap kecerdasan siswadi Madrasah
Ibtidaiyah Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015 ?
Adapun tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui data empiris tentang pengaruh tahfidzul qur’an terhadap kecerdasan siswa MI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan
Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
2.
Memberikan
harapan agar siswa MI Taswiqus Shoghirin
Robayan Kalinyamatan Jeparadapat meningkatkan tingkat hafalan Al-Qur’an
3.
Untuk
mengetahui bagaimana siswa agar istqomah dalam menghafal Al-Qur’an serta
mengulang-ulang hafalan
4.
Meningkatnya
hasil prestasi siswa dalam bidang studi qur’an hadits dan mata pelajaran PAI
lainnya yang memuat ayat-ayat al-Qur’an dan bahkan mata pelajaran umum.
E.
Kajian
Pustaka
1.
Pengertian Tahfidz
Tahfidzul Qur’an adalah diambil dari bahasa arab,
yang terdiri dari dua kata yaitu tahfidz
mashdar dari haffadza dan Al-Qur’anbentuk ma’rifah mashdar dari
kata qara-a, dalam bahasa arab pola
susunan penggabungan dua kata ini disebut pola mudlaf mudlaf ilaih atau disebut juga dengan susuna idlafy, dimana
salah satu darinya disandarkan pada salah satu yang lainnya, yang keduanya
tidak dapat dipisahkan. Namun, kata Al-Qur’an itu sendiri mempunyai definisi
tersendiri. Oleh karena itu, sebelum penulis membahas tentang tahfidzul qur’an untuk memudahkan dalam
pemahaman penulis akan mencoba untuk membahas Al-Qur’an terlebih dahulu. Secara
bahasa Al-Qur’an adalah mashdar dari qara’a
seperti al-Ghufron diambil dari gafara[9],
qara-a diartikan mengumpulkan, yang
masdarnya al-qira-ah (bacaan) adalah
kumpulan huruf-huruf dan kalimah-kalimah yang dibaca secara teratur[10],
dan Al-Qur’an pada dasarnya sama
dengan al-qira-ah yaitu mashdar dari qara-a (qara-a yaqra-u qiraa-atan qur-aanan) sebagaimana dalam firman Allah
:
إِنَّ عَلَيْنَاجَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan membuatmu pandai membacanya.” (QS. Al-qiyamah
75:17)
Adapun secara istilah penulis menukil beberapa
pendapat diantaranya:
a. Menurut
Manna’ul Qathan: “Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad dianggap ibadah dengan membacanya.”[11]
b. Menurut
Quraish Shihab : “Al-Qur’an adalah firman-firman Allah yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril sesuai redaksi-Nya kepada Nabi Muhammad, dan diterima oleh umat
Nabi Muhammad secara teratur.”[12]
c. Menurut
Muhammad Abdullah Al-Asyqar : “Al-qur’an adalah kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW., dengan bahasa arab, disebut ibadah membacanya, yang
di tulis di lembaran-lembaran, dan di sampaikan secara teratur”,[13]
Disebut Al-Qur’an apabila di dalamnya terdapt tujuh
unsur yaitu, pertama kalamullah, dan apabila kalam itu disandarkan kepada
selain Allah, maka kalam itu tidak disebut sebagai Al-Qur’an seperti hadits
qudsi yang mana artinya dari Allah dan kalamnya dari Rasulullah, kedua Malaikat
Jibril sebagai perantaranya, ketiga diturunkan kepada Nabi Muhammad, keempat
ditulis dengan bahasa arab, kelima beribadah apabila membacanya,keenam dibuka
sengan surat Al-fatihah dan di tutup dengan surat An-Nas, ketujuh disampaikan
dengan tawatur.
Dari uraian definisi di atas kita akan mudah
memahami Tahfidzul Qur’an, Tahfidz mashdar dari kata haffadza (hapal) lawan kata lupa. Maksudnya selalu ingat dan tidak
lalai.Sedangkan orang yang hafal Al-Qur’an disebut al-hafidz yaitu orang yang
ingatannya kuat. Dan ini juga sejalan dengan pendapat J.S.Badudu dan Sutan
Muhammad Zain. Tahfidzul Qur’an secara bahasa adalah menghafal Al-Qur’an secara
sempurna, dengan menghafal secara sedikit demi sedikit dan menjaganya dari
kelalaian.
Adapun secara istilah, menurut Abdul ‘Irab
Nawwabudin dosen fakultas dakwah dan usuludin Universitas Islam Madinah
Munawarah tahun 1988 yaitu hafal diluar kepala, hafal seluruh al-qur’an dan
mencocokannya dengan sempurna serta terus menerus untuk menjaga hafalannya dari
lupa.[14]
2.
Kecerdasan Otak
Kecerdasan diidentikan dengan IQ (intelectual Quotient) dengan asumsi
bahwa kecerdasan memang berkaitan dengan kegiatan intelektual manusia.
Kecerdasan adalah potensi yang terpendam dalam diri kita yang digunakan ketika
kita tidak tahu apa yang kita lakukan.dan tahu harus melakukan sesuatu yang
tidak diketahui sebelumnya adalah sesuatu yang mustahil. Itulah inti dari
kecerdasan. Dengan kecerdasan otak, manusia diciptakan Tuhan untuk mampu
mengatur dirinya, lingkungan, dan dunianya.
Setiap orang mempunyai kecerdasan, dan kecerdasan
itu tidak didapatkan melalui proses belajar. Namun, semata-mata anugerah dari
Tuhan.
Kecerdasan mempunyai fungsi yang bermacam-macam diantaranya :
a. Kemampuan
daya ingat
Kecerdasan manusia sangat
berpengaruh terhadap daya ingat manusia itu sendiri. Kemampuan daya ingat kita
mencakup menalar, mengingat sesuatu kejadian. Apabila daya ingat tidak diasah
akan menjadi tumpul.
b. Kemampuan
berfikir
Berfikir adalah kegiatan
sehari-hari, kecerdasan sangat berpengaruh terhadap cara berpikir kira.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan tingkat tinggi akan dapat berpikir positif
dan kritis.
c. Kemampuan
memahami
Dengan kecerdasan yang kita miliki,
kita dapat memehami persoalan sehari-hari, seperti memahami apa yang orang
katakan atau memahami isi buku dan
lain-lain.
d. Kemampuan
memecahkan masalah
Kecerdasan itu dibutuhkan untuk
berfikir mancari jalan keluar dari masalah.[15]
F.
Rumusan
Hipotesis
Hipotesis ini dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.[16] Sesuai judul yang diajukan, maka rumusan
hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut: “ada pengaruh yang positif antara
Tahfidzul Qur’an terhadap kecerdasan siswa MI Taswiqus Shoghirin
Robayan Kalinyamatan Jepara, maka
semakin rendah kecerdasan siswa MI
Taswiqus Shoghirin Robayan maka
akan semakin rendah pula tingkat penghafalan al-Qur’annya”.
Maksudnya adalah
semakin besar pengaruh kecerdasan otak, maka semakin banyak ayat-ayat al-Qur’an
yang dihafal siswa Madrasah Ibtidaiyah Taswiqus
Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara.
G.
Metode
Penelitian
Dalam penelitian ini
agar nantinya mendapatkan hasil yang valid, optimal, terarah dan memuaskan,
maka peneliti mengambil langkah-kangkah sebagai berikut :
1. Variabel
dan Indikator
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan menggunakan analisis
statistik, yaitu menjelaskan variabel yang diteliti sekaligus digunakan untuk
melihat pengarauh tahfidzul qur’an terhadap kemampuan kecerdasan siswa. Dalam
penelitian ini penulis mempunyai dua variabel, yaitu :
a.
Variabel bebas
dalam hal ini adalah tingkat tahfidzul qur’an dengan indikator :
1) Bagaimana siswa menirukan apa yang telah dibaca atau
diucapkan;
2) Bagaimana siswa memperdengarkan kepada orang lain apa yang telah dihafalkan sebelumnya (tasmi’)
3) Bagaiman siswa melakukan pengulangan terhadap sesuatu yang telah hafal (Muraja`ah)
b. Variabel
terkait yaitu kecerdasan siswa dalam hal ini terkumpul dipilah-pilah dan
dikelompokkan, sedangkan angka-angka yang ada dijumlahkan, diproses, dan
dikuantitatifkan indikatornya adalah bagaimana hasil prestasi siswa dalam
ulangan mata pelajaran PAI terutama mata pelajaran Al-Qur’an Hadits
2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
Populasiadalah jumlah
keseluruhan dari subjek yang akan diteliti dalam penelitian.[17]
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa
kelas 2-6 MI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara yang berjumlah 100
siswa. Oleh karena itu, penulis mengambil sampel 20% dari populasi yaitu 20 siswa dengan menggunakan teknik
penarikan sampel dan random.
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian
dengan cara data langsung pada subyek, sebagai sumber informasi yang dicari.
Adapun yang menjadi data primer penelitian ini adalah peserta didik MI
Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain atau secara
tidak langsung oleh peneliti dari subyek penelitian. Dalam sumber penelitian
ini sumber data diambil dari dokumen-dokumen dan catatan-catatan terakhir.
Penelitian yang dilakukan dalam penelitian skripsi
ini adalah penelitian lapangan (field research). Field research
yaitu research yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala.
Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh
data-data yang sebenarnya terjadi di lapangan. Penelitian ini merupakan
penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Sifat korelasional dalam
penelitian adalah suatu penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauhmana
variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi variabel lain. Sedangkan
pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang lebih menekankan analisisnya pada
data-data numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistika.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Penulis mengadakan observasi
terhadap seluruh siswa kelas 2-6 MI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan
Jepara untuk mengetahui bagaimana pengaruh Tahfidzul Qur’an terhadap kemampuan
kecerdasan siswa.
b. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan
seluruh guru tahfidz, sebagian guru kelas, dan sebagian kelas 2-6 MI Taswiqus
Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara untuk mendapatkan data yang ada
hubungannya dengan penelitian.
c. Angket
Penulis membuat angket yang
berjumlah 20 pertanyaan dengan jumlah pilihan ganda 5 option dan tiap option
penulis memberi skor nilai sebagai berikut :
a = 5 b = 4 c = 3 d = 2 e
= 1
d. Tes,
Penulis membuat tes
tulisan sesuai dengan pokok bahasan.
4. Teknik Analisis Data
Setelah data-data terkumpul, penulis melakukan
analisis dengan menggunakan analisis statistika korelasi product moment dengan angka kasar, sedangkan rumus yang digunakan
yaitu :
Rumus : rxy =
Keterangan : r = korelasi product-moment
∑ = bahasa yunani sigma yang artinya jumlah
x = nilai raport tahfidz
y = nilai kecerdasan siswa (angket)
Mencari
r tabel dengan df (degrees of freedom)
Df = N – nr
df = degrees of freedom, N = Number
of case
nr = banyak variabel
yang kita korelasikan (karena teknik analisis korelasi yang kita bicarakan di
sini adalah teknik analisis korelasional bivariant, maka nr akan selalu = 2, sebab variabel yang kita korelasikan hanya dua
buah)
H.
Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab
dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan,
Terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Perumusan
Masalah, Tujuan Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Landasan Teori dan pengajuan hipotesis,
Terdiri dari tahfidzul qur’an, kecerdasan otak, kerangka berfikir
dan hipotesis.
BAB III `: Metode Penelitian
Terdiri dari Tujuan Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian,
Variabel Penelitian, Metode Penelitian, Populasi, Sampel, dan Teknik
Pengambilan Sampel, Teknik Pengumpulan Datadan Teknik Analisis Data.
BAB IV : Hasil-Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Terdiri dariGambaran Umum MI Taswiqus Shoghirin Robayan, Penyajian
Analisis Data, Pembahasan Hasil
Penelitian dan Keterbatasan Penelitian.
BAB V : Penutup,
Terdiri dari simpulan dan saran.
Jepara, Januari 2015
Mengetahui : Peneliti,
Pembimbing
Drs. H.Akhirin
Ali, M.Ag. Musyafak
Ahmad
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab Khalaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam,PT
Raja Grafindo Persada,Jakarta 1996,
Abu Azmi Azizah, Berfikir Cerdas Berbasis Al Qur’an,
Bina Insani Press,Solo, 2005,
Abu I’rob Nawabudin, Metode Efektif Menghafal Al
Qur’an, CV Tri Daya Inti,Jakarta, 1992,
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya,Yayasan
Penyelenggara Penterjemah/PenafsirAl-Qur’an, Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus bahasa
Indonesia Pusat Bahasa, Pusat Bahasa Indonesia,Jakarta, 2008
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an,Mizan,
Bandung, 1997,
M. Sulaiman Al Asyqar, Al Wadhih Fi Ushulil Fiqih,Dar’an
Nafa’is,Oman
Manna'ul Qathan, Mahabits Fi Ulumil Qur’an,Mansyuraatil
‘ushril Hadits, Bairut, 1993,
Muhammad Musrofi, Melejitkan Potensi Otak,
Pustaka Insan Madani, 2008,
Muhammad Razi, 50 Ilmuwan Muslim Populer,Quantum
Media, Jakarta, 2005,
Nur Khoiri, Metode Penelitian Pendidikan,
Inisnu, Jepara, 2012
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta,
1993,
WJS. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai
Pustaka,Jakarta 1976,
[1]Departemen Agama, Alqur’an dan terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir alqur’an), hlm.390.
[2]Ibid., Hlm 879.
[3]Muhammad Razi, 50 Ilmuwan Muslim Populer, (Jakarta: Quantum Media, 2005), hlm. 36-38.
[4]Abu Azmi Azizah, Berfikir Cerdas Berbasis Al Qur’an,(Solo: Bina Insani Press, 2005), hlm 22.
[5]Ibid.
[6]Ibid., hlm. 224.
[7]WJS. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1976), hal. 731.
[8]Departemen Pendidikan
Nasional, Tesaurus bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta, Pusat Bahasa
Indonesia, 2008), hlm. 105.
[9]Abdul Wahab Khalaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 22.
[10]Manna'ul Qathan, Mahabits Fi Ulumil Qur’an,
(Bairut: Mansyuraatil ‘ushril Hadits, 1993), hlm. 20.
[11]Ibid., hlm. 20.
[12] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an,
(Bandung: Mizan, 1997), hlm.43.
[13] M. Sulaiman Al Asyqar, Al Wadhih Fi Ushulil
Fiqih, (Oman: Dar’an Nafa’is), hlm. 72
[14]Abu I’rob Nawabudin, Metode Efektif Menghafal
Al Qur’an, (Jakarta, CV Tri Daya Inti, 1992), hlm. 301.
[15]Muhammad Musrofi, Melejitkan Potensi Otak,
(Pustaka Insan Madani, 2008)
[16]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 62.
[17] Nur Khoiri, Metode Penelitian Pendidikan, (Jepara: Inisnu, 2012), hlm. xxviii.