Jumat, 30 Januari 2015

Proposal Skripsi : PENGARUH TAHFIDZUL QUR’AN TERHADAP KECERDASAN SISWA MI TASWIQUS SHOGHIRIN ROBAYAN KALINYAMATAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH TAHFIDZUL QUR’AN TERHADAP KECERDASANSISWA MI TASWIQUS SHOGHIRIN ROBAYAN KALINYAMATAN JEPARA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

 

PROPOSAL

Ditulis Sebagai Syarat Penelitian dan Penelitian Skripsi

Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

 

 

logo unisnu

 

 

Oleh  :

 

MUSYAFAK AHMAD

NIM  : 211450

 

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU)

JEPARA

2015

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH TAHFIDZUL QUR’AN TERHADAP KECERDASAN SISWA MI TASWIQUS SHOGHIRIN ROBAYAN KALINYAMATAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

 

A.    Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan ayat-ayat Allah yang berupa kalamullah yang diturunkan dengan bahasa arab, yaitu satu-satunya bahasa yang terjaga dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Qur’an. Allah berfirman :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya kami benar-benar menjaganya” (Q.S Al-Hijr:15:9)[1]

Ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dihafal oleh banyak orang dan telah dituliskan dalam mushaf dapat dikaji dan dipahamisepanjang masa. Diantaranya, melalui bahasa yang tertulis dalam kitab tersebut. Itu sebabnya, betapapentingnya teks atau redaksi dengan segala ketentuannya.

Perlu diingat, kata, istilah, kalimat, dan redaksi al-qur’an amat sangat banyak dan penting bobot kualitasnya, baik dalam redaksi maupun dalam kandungannya. Ini tidak hanyadiakuioleh para ulama dan pakar islam, tetapioleh para ilmuwan non muslim. Hingga kini dan sampai kapan pun tidak ada manusia dan makhluk apa pun yang akan sanggup menandinginya. Sebab Al-Qur’an merupakan kitab suci atau wahyu Allah yang sempurna dalam segala seginya, ternasuk dalam diksi, terminologi, dan redaksi. Al-Qur’an dapat dikaji secara ilmiah, karena tulisannya merupakan salah satu dari keistimewaan Al-Qur’an sehingga cara membacanya pun memerlukan kaidah dan aturan-aturan khusus yang terhimpun dalam satu disiplin ilmu yang disebut dengan ilmu tajwid.

Seorang pembaca dituntut untuk membaca huruf demi huruf dengan fasih sesuai dengan haknya. Bagaimana meng-ikhfak-kan suara, mendengungkan suara, meng-idgham-kan huruf, menyeimbangkan ahkam al-mad dan qashr-nya, melantunkan dan memerdukan suara serta aturan-aturan lain yang harus ditaati oleh setiap pembacanya. Berbeda sekali, ketika seseorang membaca buku, artikel, surat kabar atau teks-teks lain yang sama berbahasa arab. Namun, si pembaca tidak dihadapkan dengan kaidah-kaidah khusus. Maka, jelas bahwa Al-Qur’an benar-benar kalamullah.

Adanya aturan-aturan tersebut, tidak akan adakesulitan sedikit pun bagi siapa saja yang hendak mempelajari atau menghafalnya. Dan ini merupakan jaminan langsung dari Allah, sebagaimana yang termaktub dalam firmannya :

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”(Q.S al-Qamar:45:17)[2]

Jaminan Allah tersebut dibuktikan dengan adanya huffadz (para penghafal Al-Qur’an) ditengah kita. Diantaranya ada yang hafal Al-Qur’an secara keseluruhan,setengahnya, atau yang hafal hanya beberapa juz dari Al-Qur’an. Hal ini merupakan keistimewaan yang sangat besar dan patut kita syukuri. Kehadiran para huffadz sangat banyak memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan. Mereka bukan hanya hafal Al-Qur’an, tetapi juga mereka memiliki daya nalar yang sangat baik. Sebagai salah satu contoh penulis mencoba menguraikan sedikit tentang riwayat hidup seorang imam yang tak sing lagi di dunia sejarah, yaitu Imam Syafi’i rahimahullah.

Di kota Gaza Palestina, lahirlah seorang ulama fiqih yang bernama Abu Abdullah Muhammad bin Idris Asy- Syafi’i yang lebih mashur dengan sebutan Imam Syafi’i. Beliau telah kehilangan sosok ayah semenjak beliau masih bayi, lalu pada usia dua tahun, ibunya mengajak beliau tinggal di Madinah bersama keluarganya yang masih ada.ImamSyafi’i telah hafal Al-Qur’an pada usia sembilan tahun. Dan pada usia baligh yaitu pada usia lima belas tahun, Imam Syafi’i telah diangkat menjadi seorang mufti di kota Mekah. Bagi orang dimasa itu, jabatan merupakan sesuatuyang prestise, karena dicapai oleh seseorang yang baru menginjak usia sebagai seorang pemuda,sehingga banyak membuat banyak orang yang kagum padanya.

Pada usia dua puluhan, Imam Syafi’i pergi untuk belajar kepada Imam Malik. Imam Syafi’i pun disambutnya dengan suka cita. Mereka sering sekali berdialog dalam membicarakan suatu masalah yang berkaitan dengan penyelesaian secara syar’i.Ketika Imam Malik kembali ke pangkuan Allah, Imam Syafi’i pun segera meninggalkan Madinah menuju ke Yaman. Di sana, beliau mengajar dan bertemu jodohnya,Siti Hamidan binti Nafi’ yang memberinya tiga orang anak, yaitu Abdullah, Fatimah, dan Zainab. Dan beliau menghabiskan sisa umurnya di kota Mekah dan di sana beliau menjadi guru besar. [3]

Dari uraian riwayat hidup Imam Syafi’i ai atas dapt ditarik kesimpulan bahwa setelah Imam Syafi’i hafal Al-Qur’an di usia sembilan tahun, beliau dengan cepat meraih berbagai prestasi di bidang keilmuan terutama di bidang fiqh dan ushul dengan karyanya yang terkenal Musnad al-Um dan ­Ar-risalah fi ushulil fiqh.

Kegiatan menghafal Al-Qur’an atau yang lebih dikenal dengan Tahfidzul Qur’an itu sangat mempengaruhi kecerdasan akal dalam berpikir. Dalam hal ini, penulis mengutip perkataan Al-Buraikan “Syari’at islam memberikan nilai dan urgent yang amat tinggi terhadap akal manusia”.[4] Abu Azmi Azizah menguraikan dalam bukunya Berfikir Cerdas Berbasis Al-Qur’an sebagai berikut :

1.      Allah menyampaikan kalamnya hanya kepada orang-orang yang berakal, karena hanya merekalah yang bisa memahmi agama dan syari’at-Nya. Allah berfirman :

  ................وَذِكْرَىلِأُوْلِيالْأَلْبَابِ

“................ dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.”(Q.S. Shad 38:43)[5]

2.      Al-Qur’an banyak menggunakan pelajaran penalaran logika rasional yang menggelitik untuk menyentuh akal sehat.

3.      Islam banyak menggunakan perumpamaan (tamstil) dengan benda fisik (material) untuk memahami/memahamkan non fisik (imaterial).

4.      Allah memerintahkan untuk mengambil pelajaran, ‘ibrah atau i’tibar dari berbagai peristiwa dan kisah-kisah dalam sejarah dengan penalaran analog.

5.      Allah menggunakan bekas (atsar) sebagai tanda adanya yang memberinya bekas, berlakunya hukum sebab akibat (kausalitas). Ini merupakan tuntunan proses berpikir untuk menghubungkan antara keduanya.

6.      Al-Qur’an mengungkapkan perbandingan yang dengannya akal akan dengan mudah memahami sesuatu tentnag hakikat dan cirinya masing-masing.

7.      Al-Qur’an mengungkapkan fenomena alam yang membutuhkan pemikiran (kerja akal), pengamatan dan penelitian ekstra keras dan membutuhkan waktu yang sangat lama yang dapat membantu untuk memajukan akal. [6]

Dengan adanya Al-Qur’an yang kita pelajari dan kita hafal itu sangat membantu anak didik dalam melatih dan mengembangkan pemikiran serta daya nalarnya, sehingga dapat menggunakan akal secar optimal.

Penulis sangat bersemangat membicarakan Al-Qur’an dari segi tahfidznya. Karena penulis melihat dari kegiatan ini banyak melahirkan cendekiawan-cendekiawan muslim intelektual. Kegiatan tahfidz ini banyak dijumpai di pondok pesantren yang ada di nusantara, bahkan ada sebagian pondok pesantren yang mengkhususkan program tersebut sehingga dikenal dengan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an. Dari pondok pesantren inilah lahir huffadz intelektual. Di sanalah para santri dibina secara khusus dan profesional oleh para asatidz dari mulaimembaca Al-Qur’an dengan baik dan benar hingga hafal dan paham secara keseluruhan.

Selain pondok pesantren, program tahfidzul qur’an juga banyak ditemukan di sekolah-sekolah Islam, dari mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Bahkan sebagian dari lembaga-lembaga tersebut menjadikan Huffadzul Qur’an sebagai syarat mutlak masuk atau penerimaan buku raport dan tanda tamat belajar.

Madrasah Ibtidaiyah adalah suatu lembaga pendidikan yang membekali siswanya dengan pendidikan agama dan umum secara seimbang. Mereka juga dibina untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai tajwid serta menghafalnya. Salah satu alasan yang populer adalah bahwa lulusann MI diharapkan anak didiknya terbiasa berinterkasi dengan Al-Qur’an sejak dini, hidup dengan ruh qur’aniyah, bertutur kata dengan lembut, berperasaan halus, dan bermuamalah terhadap sesama .

Banyak dijumpai huffadz, baik yang 30 juz atau di bawahnya itu hanya sekedar hafal Al-Qur’an. Mereka tidak memanfaatkan kebiasaan menghafal Al-Qur’an itu untuk memahami atau mendalami pengetahuan yang lain. Tamstil-tamstil atau analog yang ada di dalam Al-Qur’an tidak dimanfaatkan untuk melatih akal dalam berfikir. Kisah-kisah sejarah yang ditulis dengan penalaran analog belum bisa membantu akalnya mengambil pelajaran di sana untuk memahami sesuatu yang baru atau kejadian-kejadian yang ada di sekitarnya dan masih banyak keistimewaan lain dari Al-Qur’an yang dapat membantu melatih akal dalam berfikir yang belum bisa dimanfaatkan oleh para penghafal Al-Qur’an. Akhirnya mereka tertinggal dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Sebagian anak didik yang rajin menghafal Al-Qur’an dalam memahami pelajaran masih belum bisa mengimplementasikan tahfidzul qur’an sebagai sarana untuk memahami pelajaran yang lain yang ada malah mereka tertinggal dengan teman-temannya yang tidak menghafal Al-Qur’an baik bidang pelajaran agama pun umum. Ironinya, ketertinggalan tersebut dijadikan alasan karena menghafal Al-Qur’an,sehingga sebagian waktu belajar mereka tersita untuk menghafal Al-Qur’an.

MI Taswiqus  Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara merupakan lembaga pendidikan dasar di bawah naungan Departemen Agama dengan mengikuti struktur kurikulum yang ditetapkan pemerintah, termasuk di dalamnya mata pelajaran Pendidikan yang meliputi Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam, di mana di dalamnya terdapat banyak materi tentang ayat-ayat Al-Qur’an, terutama ayat-ayat pendek. Oleh karena itu metode menghafal ayat-ayat tersebut sangat penting dan dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan siswa. Karena peneliti merupakan bagian dari lembaga pendidikan tersebut.

Betapa pentingnya Al-Qur’an mempengaruhi kecerdasan siswa sehingga dapat diidentifikasi permasalahannya dalam penelitian sebagai berikut :

1.      Pengaruh Tahfidzul Qur’an terhadap kecerdasan siswa di MI Taswiqus  Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara

2.      Pengaruh signifikan Tahfidzul Qur’an terhadap kecerdasan siswaMI Taswiqus  Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara

3.      Adanya faktor-faktor yang menunjang siswa MI Taswiqus  Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jeparadalam kegiatan Tahfidzul Qur’an

4.      Adanya faktor-faktor yang menghambat siswa MITaswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jeparadalam kegiatan Tahfidzul Qur’an

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan penelitian dan membahas sekripsi yang berjudul; “PENGARUH TAHFIDZUL QUR’AN TERHADAP KECERDASAN SISWA MI TASWIQUS SHOGHIRIN ROBAYAN KALINYAMATAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015”.

 

B.     Penegasan Istilah

Untuk memperjelas di dalam memahami maksud dari judul yang peneliti ambil, maka diuraikan beberapa istilah berikut ini :

1.         Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda dan lain sebagainya), yang berkuasa atau berketentuan.[7]

2.         Tahfidzul Qur’an

Tahfidzul Qur’an adalah menghafal Al-Qur’an secara sempurna, dengan menghafal secara sedikit demi sedikit dan menjaganya dari kelalaian.

3.         Kecerdasan

Cerdas, arif, berbudi pekerti yang baik, berpendidikan,berpengetahuan, bestari, bijaksana,brilian, budiman, cekatan, cemerlang, cendekia, cerdas, cerdik, cergas,encer, genial, genius, gesit, giat, intelek,inteligen, lantip, pandai, pintar, ringan, kepala, tajam, tangkas, tangkas,terang akal;[8]

4.         Siswa

Siswadi sini adalah individu yang menjadi peserta didik di MI Taswiqus  Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara

5.         Madrasah Ibtidaiyah Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jeparaadalah lembaga pendidikan yang menjadi tempat penelitian.

 

C.    Perumusan Masalah

Guru Madrasah Ibtidaiyah Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jeparadalam metode pembelajaran banyak menggunakan metode hafalan al-Qur’an, terutama mata pelajaran PAI Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih dan SKI menyuruh siswa untuk menghafal Al-Qur’an. mereka menghafal lebih banyak dari teman-temannya mampu meraih prestasi yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah sebagai berikut :

1.      Bagaimana tingkat tahfidzul qur’an terutama dalam mata pelajaran PAI Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?

2.      Bagaimanakah tingkat kecerdasan siswa Madrasah Ibtidaiyah Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?

3.      Seberapa besarkah pengaruh Tahfidzul Qur’an terhadap kecerdasan siswadi Madrasah Ibtidaiyah Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ?

 

D.    Tujuan0020Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1.    Untuk mengetahui data empiris tentang pengaruh tahfidzul qur’an terhadap kecerdasan siswa MI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015

2.    Memberikan harapan agar siswa MI Taswiqus  Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jeparadapat meningkatkan tingkat hafalan Al-Qur’an

3.    Untuk mengetahui bagaimana siswa agar istqomah dalam menghafal Al-Qur’an serta mengulang-ulang hafalan

4.    Meningkatnya hasil prestasi siswa dalam bidang studi qur’an hadits dan mata pelajaran PAI lainnya yang memuat ayat-ayat al-Qur’an dan bahkan mata pelajaran umum.

 

E.     Kajian Pustaka

1.         Pengertian Tahfidz

Tahfidzul Qur’an adalah diambil dari bahasa arab, yang terdiri dari dua kata yaitu tahfidz mashdar dari haffadza dan Al-Qur’anbentuk ma’rifah mashdar dari kata qara-a, dalam bahasa arab pola susunan penggabungan dua kata ini disebut pola mudlaf mudlaf ilaih atau disebut juga dengan susuna idlafy, dimana salah satu darinya disandarkan pada salah satu yang lainnya, yang keduanya tidak dapat dipisahkan. Namun, kata Al-Qur’an itu sendiri mempunyai definisi tersendiri. Oleh karena itu, sebelum penulis membahas tentang tahfidzul qur’an untuk memudahkan dalam pemahaman penulis akan mencoba untuk membahas Al-Qur’an terlebih dahulu. Secara bahasa Al-Qur’an adalah mashdar dari qara’a seperti al-Ghufron diambil dari gafara[9], qara-a diartikan mengumpulkan, yang masdarnya al-qira-ah (bacaan) adalah kumpulan huruf-huruf dan kalimah-kalimah yang dibaca secara teratur[10], dan Al-Qur’an pada dasarnya sama dengan al-qira-ah yaitu mashdar dari qara-a (qara-a yaqra-u qiraa-atan qur-aanan) sebagaimana dalam firman Allah :

إِنَّ عَلَيْنَاجَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ

 “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan membuatmu pandai membacanya.” (QS. Al-qiyamah 75:17)

Adapun secara istilah penulis menukil beberapa pendapat diantaranya:

a.       Menurut Manna’ul Qathan: “Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad dianggap ibadah dengan membacanya.”[11]

b.      Menurut Quraish Shihab : “Al-Qur’an adalah firman-firman Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril sesuai redaksi-Nya kepada Nabi Muhammad, dan diterima oleh umat Nabi Muhammad secara teratur.”[12]

c.       Menurut Muhammad Abdullah Al-Asyqar : “Al-qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., dengan bahasa arab, disebut ibadah membacanya, yang di tulis di lembaran-lembaran, dan di sampaikan secara teratur”,[13]

Disebut Al-Qur’an apabila di dalamnya terdapt tujuh unsur yaitu, pertama kalamullah, dan apabila kalam itu disandarkan kepada selain Allah, maka kalam itu tidak disebut sebagai Al-Qur’an seperti hadits qudsi yang mana artinya dari Allah dan kalamnya dari Rasulullah, kedua Malaikat Jibril sebagai perantaranya, ketiga diturunkan kepada Nabi Muhammad, keempat ditulis dengan bahasa arab, kelima beribadah apabila membacanya,keenam dibuka sengan surat Al-fatihah dan di tutup dengan surat An-Nas, ketujuh disampaikan dengan tawatur.

Dari uraian definisi di atas kita akan mudah memahami Tahfidzul Qur’an, Tahfidz mashdar dari kata haffadza (hapal) lawan kata lupa. Maksudnya selalu ingat dan tidak lalai.Sedangkan orang yang hafal Al-Qur’an disebut al-hafidz yaitu orang yang ingatannya kuat. Dan ini juga sejalan dengan pendapat J.S.Badudu dan Sutan Muhammad Zain. Tahfidzul Qur’an secara bahasa adalah menghafal Al-Qur’an secara sempurna, dengan menghafal secara sedikit demi sedikit dan menjaganya dari kelalaian.

Adapun secara istilah, menurut Abdul ‘Irab Nawwabudin dosen fakultas dakwah dan usuludin Universitas Islam Madinah Munawarah tahun 1988 yaitu hafal diluar kepala, hafal seluruh al-qur’an dan mencocokannya dengan sempurna serta terus menerus untuk menjaga hafalannya dari lupa.[14]

 

2.         Kecerdasan Otak

Kecerdasan diidentikan dengan IQ (intelectual Quotient) dengan asumsi bahwa kecerdasan memang berkaitan dengan kegiatan intelektual manusia. Kecerdasan adalah potensi yang terpendam dalam diri kita yang digunakan ketika kita tidak tahu apa yang kita lakukan.dan tahu harus melakukan sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya adalah sesuatu yang mustahil. Itulah inti dari kecerdasan. Dengan kecerdasan otak, manusia diciptakan Tuhan untuk mampu mengatur dirinya, lingkungan, dan dunianya.

Setiap orang mempunyai kecerdasan, dan kecerdasan itu tidak didapatkan melalui proses belajar. Namun, semata-mata anugerah dari Tuhan.

Kecerdasan mempunyai fungsi yang bermacam-macam diantaranya :

a.       Kemampuan daya ingat

Kecerdasan manusia sangat berpengaruh terhadap daya ingat manusia itu sendiri. Kemampuan daya ingat kita mencakup menalar, mengingat sesuatu kejadian. Apabila daya ingat tidak diasah akan menjadi tumpul.

b.      Kemampuan berfikir

Berfikir adalah kegiatan sehari-hari, kecerdasan sangat berpengaruh terhadap cara berpikir kira. Seseorang yang mempunyai kecerdasan tingkat tinggi akan dapat berpikir positif dan kritis.

c.       Kemampuan memahami

Dengan kecerdasan yang kita miliki, kita dapat memehami persoalan sehari-hari, seperti memahami apa yang orang katakan atau memahami isi buku dan lain-lain.

d.      Kemampuan memecahkan masalah

Kecerdasan itu dibutuhkan untuk berfikir mancari jalan keluar dari masalah.[15]

 

 

F.     Rumusan Hipotesis

Hipotesis ini dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.[16] Sesuai judul yang diajukan, maka rumusan hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut: “ada pengaruh yang positif antara Tahfidzul Qur’an terhadap kecerdasan siswa MI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara, maka semakin rendah kecerdasan siswa MI Taswiqus Shoghirin Robayan maka akan semakin rendah pula tingkat penghafalan al-Qur’annya”.

Maksudnya adalah semakin besar pengaruh kecerdasan otak, maka semakin banyak ayat-ayat al-Qur’an yang dihafal siswa Madrasah Ibtidaiyah Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara. 

 

G.    Metode Penelitian

Dalam penelitian ini agar nantinya mendapatkan hasil yang valid, optimal, terarah dan memuaskan, maka peneliti mengambil langkah-kangkah sebagai berikut :

1.      Variabel  dan Indikator

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan menggunakan analisis statistik, yaitu menjelaskan variabel yang diteliti sekaligus digunakan untuk melihat pengarauh tahfidzul qur’an terhadap kemampuan kecerdasan siswa. Dalam penelitian ini penulis mempunyai dua variabel, yaitu :

a.       Variabel bebas dalam hal ini adalah tingkat tahfidzul qur’an dengan indikator :

1)      Bagaimana siswa menirukan apa yang telah dibaca atau diucapkan;

2)      Bagaimana siswa memperdengarkan kepada orang lain apa yang telah dihafalkan sebelumnya (tasmi’)

3)      Bagaiman siswa melakukan pengulangan terhadap sesuatu yang telah hafal (Muraja`ah)

b.      Variabel terkait yaitu kecerdasan siswa dalam hal ini terkumpul dipilah-pilah dan dikelompokkan, sedangkan angka-angka yang ada dijumlahkan, diproses, dan dikuantitatifkan indikatornya adalah bagaimana hasil prestasi siswa dalam ulangan mata pelajaran PAI terutama mata pelajaran Al-Qur’an Hadits

 

2.      Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

Populasiadalah jumlah keseluruhan dari subjek yang akan diteliti dalam penelitian.[17] Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas 2-6 MI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara yang berjumlah 100 siswa. Oleh karena itu, penulis mengambil sampel 20% dari populasi yaitu 20 siswa dengan menggunakan teknik penarikan sampel dan random.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data :

a.    Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan cara data langsung pada subyek, sebagai sumber informasi yang dicari. Adapun yang menjadi data primer penelitian ini adalah peserta didik MI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara.

b.    Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain atau secara tidak langsung oleh peneliti dari subyek penelitian. Dalam sumber penelitian ini sumber data diambil dari dokumen-dokumen dan catatan-catatan terakhir.

Penelitian yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research). Field research yaitu research yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala. Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya terjadi di lapangan. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Sifat korelasional dalam penelitian adalah suatu penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauhmana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi variabel lain. Sedangkan pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang lebih menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistika.

3.      Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

a.       Observasi

Penulis mengadakan observasi terhadap seluruh siswa kelas 2-6 MI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara untuk mengetahui bagaimana pengaruh Tahfidzul Qur’an terhadap kemampuan kecerdasan siswa.

b.      Wawancara

Penulis mengadakan wawancara dengan seluruh guru tahfidz, sebagian guru kelas, dan sebagian kelas 2-6 MI Taswiqus Shoghirin Robayan Kalinyamatan Jepara untuk mendapatkan data yang ada hubungannya dengan penelitian.

c.       Angket

Penulis membuat angket yang berjumlah 20 pertanyaan dengan jumlah pilihan ganda 5 option dan tiap option penulis memberi skor nilai sebagai berikut :

a = 5        b = 4    c = 3    d = 2    e = 1

d.      Tes,

Penulis membuat tes tulisan sesuai dengan pokok bahasan.

 

 

 

4.      Teknik Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, penulis melakukan analisis dengan menggunakan analisis statistika korelasi product moment dengan angka kasar, sedangkan rumus yang digunakan yaitu :

Rumus        : rxy      =

Keterangan   :            r = korelasi product-moment

                                    ∑ = bahasa yunani sigma yang artinya jumlah

                                    x = nilai raport tahfidz

                                    y = nilai kecerdasan siswa (angket)

Mencari r tabel dengan df (degrees of freedom)

                                    Df = N – nr

                                    df = degrees of freedom,         N = Number of case

nr = banyak variabel yang kita korelasikan (karena teknik analisis korelasi yang kita bicarakan di sini adalah teknik analisis korelasional bivariant, maka nr akan selalu = 2, sebab variabel yang kita korelasikan hanya dua buah)

 

H.    Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I          : Pendahuluan,

Terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Sistematika Penulisan.

 

BAB II         : Landasan Teori dan pengajuan hipotesis,

Terdiri dari tahfidzul qur’an, kecerdasan otak, kerangka berfikir dan hipotesis.

BAB III       `: Metode Penelitian

Terdiri dari Tujuan Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian, Variabel Penelitian, Metode Penelitian, Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel, Teknik Pengumpulan Datadan Teknik Analisis Data.

BAB IV       : Hasil-Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Terdiri dariGambaran Umum MI Taswiqus Shoghirin Robayan, Penyajian Analisis Data, Pembahasan  Hasil Penelitian dan Keterbatasan Penelitian.

BAB V         :  Penutup,

Terdiri dari simpulan dan saran.

 

 

 

                                                                             Jepara,  Januari 2015

Mengetahui :                                                                    Peneliti,

Pembimbing

 

 

Drs. H.Akhirin Ali, M.Ag.                                 Musyafak Ahmad

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abdul Wahab Khalaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam,PT Raja Grafindo Persada,Jakarta 1996,

Abu Azmi Azizah, Berfikir Cerdas Berbasis Al Qur’an, Bina Insani Press,Solo, 2005,

Abu I’rob Nawabudin, Metode Efektif Menghafal Al Qur’an, CV Tri Daya Inti,Jakarta, 1992,

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya,Yayasan Penyelenggara Penterjemah/PenafsirAl-Qur’an, Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Pusat Bahasa Indonesia,Jakarta,  2008

M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an,Mizan, Bandung, 1997,

M. Sulaiman Al Asyqar, Al Wadhih Fi Ushulil Fiqih,Dar’an Nafa’is,Oman

Manna'ul Qathan, Mahabits Fi Ulumil Qur’an,Mansyuraatil ‘ushril Hadits, Bairut, 1993,

Muhammad Musrofi, Melejitkan Potensi Otak, Pustaka Insan Madani, 2008,

Muhammad Razi, 50 Ilmuwan Muslim Populer,Quantum Media, Jakarta, 2005,

Nur Khoiri, Metode Penelitian Pendidikan, Inisnu, Jepara, 2012

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1993,

WJS. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka,Jakarta 1976,

 



[1]Departemen Agama, Alqur’an dan terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir alqur’an),  hlm.390.

 

[2]Ibid., Hlm 879.

[3]Muhammad Razi, 50 Ilmuwan Muslim Populer, (Jakarta: Quantum Media, 2005), hlm. 36-38.

[4]Abu Azmi Azizah, Berfikir Cerdas Berbasis Al Qur’an,(Solo: Bina Insani Press, 2005), hlm 22.

[5]Ibid.

[6]Ibid., hlm. 224.

[7]WJS. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1976), hal. 731.

[8]Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta, Pusat Bahasa Indonesia, 2008), hlm. 105.

[9]Abdul Wahab Khalaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 22.

[10]Manna'ul Qathan, Mahabits Fi Ulumil Qur’an, (Bairut: Mansyuraatil ‘ushril Hadits, 1993), hlm. 20.

[11]Ibid., hlm. 20.

[12] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1997), hlm.43.

[13] M. Sulaiman Al Asyqar, Al Wadhih Fi Ushulil Fiqih, (Oman: Dar’an Nafa’is), hlm. 72

[14]Abu I’rob Nawabudin, Metode Efektif Menghafal Al Qur’an, (Jakarta, CV Tri Daya Inti, 1992), hlm. 301.

[15]Muhammad Musrofi, Melejitkan Potensi Otak, (Pustaka Insan Madani, 2008)

[16]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,  1993), hlm. 62.

 

[17] Nur Khoiri, Metode Penelitian Pendidikan, (Jepara: Inisnu, 2012), hlm. xxviii.